Woensdag 01 Mei 2013

Kebijakan Moneter


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Salah satu yang dijadikan sebagai tolak ukur atas kemajuan satu negara atau berkembangnya satu nengara adalah masalah ekonomi. Jika ekonominya stabil, maka dapat dikatakan negara tersebut maju, dan jika keadaan ekonomi satu negara terpuruk, maka negara tersebut pun belum dapat dikatakan negara maju.
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah telah dilakukan untuk mengendalikan keadaan perekonomian suatu negara, salah satunya adalah kebijakan moneter. Kebijakan Moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar.
Oleh sebab itu, penulis mencoba untuk merangkum dan menjelaskan tentang kebijakan moneter.
1.2  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
  1. Apa definisi kebijakan moneter?
  2. Apa instrumen kebijakan moneter?
  3. Bagaimana kebijakan moneter dan keseimbanagan ekonomi dengan analisis IS-LM ?
  4. Bagaimana efektifitas kebijakan moneter?
  5. Apa fungsi kebijakan moneter?
  6. Bagaimana peran kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi?
  7. Apa tujuan kebijakan moneter?
1.3  TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan:
  1. Definisi kebijakan moneter.
  2. Instrumen kebijakan moneter.
  3. Kebijakan moneter dan keseimbangan ekonomi dan keseimbangan : Analisis IS-LM.
  4. Efektifitas kebijakan moneter.
  5. Fungsi kebijakan moneter.
  6. Peran kebijakan moneter dalam mengendalikan inflasi.
  7. Tujuan kebijakan moneter.













BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Definisi dan Pengertian
Yang dimaksud dengan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kebijakan moneter ini, pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam uapaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan ekonomi sekaligus mengendalikan inflasi.
Jika yang dilakukan pemerintah adalah menembah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah dikatakan menempuh kebijakan moneter ekspansif (monetary expansive). Sebaliknya jika pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar maka pemerintah menempuh kebijakan moneter kontraktif (menetary contractive). Kebijakan moneter kontraktif ini juga disebut kebijakan uang ketat (tight money policy).

2.2    Instrumen Kebijakan Moneter
Ada tiga instrumen utama yang digunakan untuk mengatur jumlah uang yang beredar, yaitu:


a.    Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah pemerintah mengendalikanjumlah uang yang beredar dengan cara menjual atau membeli surat-surat berharga milik pemerintah (Government Securities).
Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah harus menjual surat-surat berharga (Open Market Selling). Dengan demikian, uang yang ada dalam masyarakat mengalir ke otoritas moneter, sehingga jumlah uang yang beredar berkurang. Jika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah harus membeli kembali surat-surat berharga tersebut (Open Market Buying). Untuk lebih mengefektifkan operasi pasar terbuka ini, Bank Indonesia telah mengembangkan kedua instrumen tersebut dengan menambahkan fasilitas repurchase agreement (repo) ke masing-masing instrumen sehingga saat ini dikenal SBI repo dan SBPU repo.
Di Indonesia operasi pasar terbuka dilakukan dengan cara menjual atau membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU). Jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menjual SBI dan atau SBPU. Melalui penjual SBI atau SBPU uang yang berada di masyarakat ditarik, sehingga jumlah uang yang beredar berkurang. Penjualan SBI atau SBPU biasanya dilakukan bila jumlah uang yang beredar sudah dianggap mengganggu stabilitas perekonomian.
Apabila pemerintah melihat jumlah uang yang beredar perlu ditambah, agar perbankan lebih mampu membrikan kredit yang akan mengacu pertumbuhan ekonomi, maka SBI dan SBPU yang telah dijual dibeli kembali. Melalui pembelian itu pemerintah mengeluarkan uanga sehingga menambah jumlah uang yang beredar.

b.   Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Tingakat bunga diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan pemerintah atas bank-bank umum yang meminjam ke bank sentral. Dalam kondisi tertentu bank-bank mengalami kekurangan uang, sehingga mereka harus meminjam kepda bank sentral. Kebutuhan ini, dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar.
Apabila pemerintah ingin menambah jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menurunkan tingkat bunga pinjaman (tingkat diskonto). Dengan tingkat bunga pinjaman yang lebih murah, maka keinginan bank-bank unruk meminjam uang sari bank sentral menjadi lebih besar, sehingga jumlah uang yang beredar bertambah. Sebaliknya apabila pemerintah ingin menahan laju pertambahan jumlah uang yang beredar, maka pemerintah menaikkan bunga pinjaman. Hal ini akan mengurangi keinginan bank-bank untuk meminjam uang dari bank sentral, sehingga pertambahan jumlah uang yang beredar dapat ditekan.

c.    Rasio Cadangan Wajib ( Reserve Requirement Ratio ).
Penetapan ratio cadangan wajib juga dapatb mengubah jumlah uang yang beredar, jika rasio cadanagn wajib diperbesar, maka kemampuan bank memberikan kredit akan lebih kecil dibandingkan sebelumnya. Misalnya, jika rasio cadangan wajib mulanya hanya 10%, maka untuk setiap unit deposito yang diterima, perbankan dapat mengalirkan pinjaman sebesar 90% dari deposito yang diterima perbankan. Dengan demikian, angka multiplier uang dari sistem perbankan adalah 10.
Apabila rasio cadangan wajib diperbesar menjadi 20%, maka untuk setiap unit deposito yang diterima, sistem perbankan hanya dapat menyalurkan kredit sebesar 80%. Angka multiplikasi uang ari sistem perbankan menurun menjadi 5 dengan demikian jumlah uang yang beredar di masyarakat akan berkurang. Sebaliknya yang terjadi apabila pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Sebab penurunan rasio tersebut akan memperbesar angka multiplikasi uang yang berarti akan meningkatkan jumlah uang yang beredar.
Untuk pertama kalinya sejak Pakto 1988 Bank Indonesia menggunakan rasio cadangan wajib guna mengerem pertumbuhan besar-besaran moneter yang masih tinggi, yaitu dengan menetapkan rsio menjasi 3% pada Februari 1996 ( ketentuan sebelumnya menurut Pakto 1988 adalh 2% ). Sejak April 1997 besarnya rasio cadangan wajib adalah 5%.

d.   Imbauan Moral (Moral Parsuasion)
Dengan imbauan moral, otoritas moneter mencoba mengarahkan atau mengendalikan jumlah uang yang beredar, misalnya, Gubernur Bank Indonesia dapat memberi saran agar perbankan berhati-hati dalam memberikan kredit atai membatasi keinginannya meminjam uang dari bank sentral (berhati-hati menggunakan fasilitas diskonto).

2.3    Kebijakan Moneter dan Keseimbangan Ekonomi : Analisis IS-LM
Kebijakan moneter dapat dikatakan efektif apabila mampu mengendalikan tingkat output dan atau harga. Untuk mengevaluasi efektifitas kebijakan moneter, peralatan analisis yang paling sederhana namun komprehensif adalah kurva IS-LM.
a.    Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Pasar Uang-Modal
Pengaturan jumlah uang yang beredar dapat mempengaruhi kondisi keseimbangan pasar uang modal. Diagram 1 memberikan gambaran apa yang terjadi terhadap keseimbangan pasar uang-modal apabila jumlah uang yang beredar ditambah.
Diagram 2 menunjukkan kurva LM0 yang diturunkan dari 0. Seandainya pemerintah menambah jumlah uang yang beredar menjadi setingkat 1 pada diagram1,maka untuk membuat pasar uang-modal berada dalam keseimbangan pada tingkat , tingak bunga harus diturunkan dari  ke . Demikian juga apabila ingin membuat pasar uang-modal berada dalam kondisi keseimbangan pada tingkat , tingkaat bunga juga harus diturunkan dari  ke . Dalam diagram 2 hal itu terlihat ari pergeseran titik keseimbangan (dari  ke  dan dari  ke  ), sehingga kurva LM bergeser ke kanan (dari  ke ).
Seandainya  pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar dari 0 ke 2,  maka untuk membuat pasar uang-modal berada dalam keseimbangan pada tingkat , tingkat bunga harus dinaikkan dari  ke . Sedangkan untuk mencapai keseimbangan pada tingkat , tingkat bunga harus dinaikkan dari  ke . Kurva LM bergeser ke kiri ( dari  ke ).


Diagram 1 dan 2
Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Pasar Uang-Modal











b.   Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Keseimbangan Ekonomi
Pergeseran kurva LM karena pengaruh perubahan jumlah uang yang beredar yang dilakukan pemerintah akan memengaruhi keseimbangan ekonomi, karena mengubah titik potong kurva IS-LM, yang berarti mengubah keseimbangan ekonomi.
Diagram 3 berikut ini menunjukan kondisi keseimbangan awal terjadi pada tingkat pendapatan 0 dan tingkat bunga . Jika pemerintah menambah jumlah uang yang beredar, kurva LM bergeser ke kanan (dari  ke ), sehingga titik keseimbangan juga bergeser dari ke . pada titik keseimbangan yang baru (), output keseimbangan adalah 1 yang lebih besar daripada 0, sedangkat tingkat bunga adalah yang lebih daripada . Dengan kata lain, kebijakan moneter ekspansif dalam konteks diagram 3 telah berhasil memacu pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat bunga. Dalam perekonomian pasar, kenaikan tingkat bunga mengindikasikan telah terjadinya kelebihan permintaan investasi. Akibatnya dapat dilihat dari dua sisi:
1)   Sisi output
Kenaikan tingkat bunga akan menyebabkan ada beberapa rencana investasi yang dibatalkan, sebagai akibatnya pertambahan kapasitas produksi menjadi lebih kecil.
2)   Sisi Biaya
Kenaikan tingkat bunga akan menaikan biaya produksi dikarenakan naiknya biaya modal.

Dari kedua hal diatas akibatnya kenaikan tingkat bunga akan memicu terjadinya inflasi.


Diagram 3
Dampak Kebijakan Moneter Terhadap Perekonomian
                                                                    















Apabila pemerintah mengurangi jumlah uang yang beredar, yang terjadi adalah sebaliknya. Bergesernya kurva LM ke kiri (dari  ke ) menyebabkan titik keseimbangan bergeser ke . Pada saat itu output keseimbangan adalah 2 yang lebih kecil daripada 0 sedangkan tingkat bunga naik (dari  ke ), yang berarti telah terjadi inflasi.
2.4    Efektivitas Kebijakan Moneter
Apa yang digambarkan dalam Diagram 3 hanyalah salah satu dari berbagai kemungkinan yang terjadi. Secara grafis hasil dari kebijakan moneter pemerintah sangat ditentukan oleh kondisi barang-jasa dan pasar uang-modal, yang digambarkan oleh sudut kemiringan kurva IS dan kurva LM.

a.    Sudut Kemiringan Kurva IS
Diagram 4 merupakan himpunan kurva IS yang menggambarkan beberapa kondisi pasar barang-jasa.

Diagram 4
Sudut Kemiringan Kurva IS dan Maknanya














Kurva  lurus sejajar dengan sumbu vertikal. Kurva IS yang seperti ini terjadi karena permintaan investasi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat bunga (kurva I tegak lurus). Sebaliknya kurva  terbentuk dari kurva I yang mendatar sejajar dengan sumbu horizontal. Artinya kurva investasi elastis sempurna. Sedangkan kurva  terbentuk dari kurva investasi yang bersudut negatif, dalam arti /   0.

b.   Sudut kemiringan Kurva LM
Diagram 5.a menunjukan beberapa kurva LM yang menggambarkan beberapa kondisi pasar uang-modal.

Diagram 5
Sudut Kemiringan Kurva LM dan Maknanya





















Kurva  berbentuk tegak lurus sejajar sumbu vertikal. Kurva ini diturunkan dari kurva permintaan uang untuk spekulasi () yang tegak lurus. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi tidak sansitif terhadap perubahan tingkat bunga. Dapat juga dikatakan bahwa permintaan uang semata-mata ditentukan oleh permintaan uang untuk transaksi yang merupakan fungsi pendapatan. Oleh karena kurva  sesuai dengan hipotesis Klasik, maka kurva ini disebut kurva LM versi Klasik.
Kurva  adalah kebalikan dari kurva . Karena  diturunkan dari kurva permintaan uang untuk spekulasi (), maka kurva ini datar dan sejajar engan sumbu horizontal. Artinya, permintaan uang untuk spekulasi sangat sensitif (sensitif sempurna) terhadap perubahan tingkat bunga. Menurut Keynes, kondisi inilah yang disebut sebagai perangkap likuiditas atau jerat likuiditas (liquidity trap) dan biasanya terjadi pada tingkat bunga yang sangat rendah. Karena bentuk kurva  sesuai dengan teori Keynesian, maka kurva ini disebut juga kurva LM versi Keynesian.
Kurva  adalah kurva LM yang telah anda kenal, yang terbentuk dari kurva permintaan uang untuk spekulasi yang bersudut negatif (/ 0).
Seringkali ketiga kurva LM tersebut diatas digambarkan dalam satu kurva seperti yang terlihat dalam diagram 5.b. daerah kurva LM yang mendatar disebut daerah Keynesian (keynesia range), sedangkan daerah kurva LM yang tegak lurus disebut daerah klasik (Classical range). Daerah yang berada diantara kedua ekstrem tersebut dinamakan daerah  antara (intermediate range).
c.    Berbagai Kemungkinan Hasil Kebijakan Moneter
Evaluasi terhadap efektivitas kebijakan moneter dapat dilakukan dengan melihat titik-titik potong kurva IS dan LM. Karena kurva IS dan LM masing-masing memiliki minimal tiga kondisi, maka minimal ada sembilan kombinasi titik potong kurva IS-LM. Dari sembilan kombinasi tersebut, dua diantaranya tidak terdefinisikan. Yang pertama adalah titik potong antara kurva IS mendatar () dengan kurva LM mendatar (). Yang kedua adalah titik potong antara kurva IS tegak lurus () dengan kurva LM tegak lurus (.
Kita hanya akan memperhatikan empat kondisi eksrtem yang terjadi terhadap output keseimbangan dan tingkat bunga, apabila yang ditempuh adalah kebijakan moneter. Karena yang dievaluasi adalah kebijakan moneter, maka secara grafis yang digeser adalah kurva LM.
Diagram 6
Efektivitas Kebijakan Moneter










Diagram 6.a dan 6.b kondisinya adalah kurva LM vertikal. Diagram 6.a menunjukan jika kurva IS datar, kebijakan moneter sangat efektif, sebab dapat menambah atau mengurangi output keseimbangan tanpa mengganggu tingkat harga. Diagram 6.b menunjukan jika kurva IS mempunyai slope negatif, kebijakan moneter ekspansif akan menaikkan output keseimbangan, sementara tingkat harga turun. Sebaliknya dengan kebijakan kontraktif, karena output keseimbangan turun sementara tingkat bunga (harga) meninggi. Pada diagram 6.c dan 6.d kurva LM adalah mendatar artinya perekonomian berada dalam perangkap likuiditas. Dalam kondisi seperti ini, kebijakan moneter sama sekali tidak efektif, sebab tidak mempunyai kemampuan mempengaruhi output dan tingkat bunga.
Anda dapat mencoba-coba berbagai kemungkinan lain dan bandingkan hasilnya dengan tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1
Efektivitas Kebijakan Moneter Terhadap Output dan Tingkat Harga (Bunga)

Kurva IS datar Elastis Sempurna
Kurva IS Inelastis Sempurna
Kurva IS Negatif
Kurva LM Elastis Sempurna (Interval Keynes)
Tidak Terdefinisikan
Moneter Ekspansif atau Kontraktif tidak efektif,  dan tingkat bunga tetap
Moneter Ekspansif atau Kontraktif tidak efektif,  dan tingkat bunga tetap.
Kurva LM Inelastis Sempurna (Interval Kalsik)
1.     MMoneter Ekspansif:  naik, tingkat bunga tetap.
2.     MMoneter Kontraktif:  turun, tingkat bunga tetap.
Tidak terdefinisikan
1.     MMoneter Ekspansif:  turun, tingkat bunga turun.
2.     MMoneter Kontraktif:  tetap, tingkat bunga naik
Kurva LM Positif (Interval Antar)
1.  MMoneter Ekspansif:  naik, tingkat bunga tetap.
2.  MMoneter kontraktif:   turun, tingkat bunga tetap.
1.   MMoneter Ekspansif:  tetap, tingkat bunga naik.
2.   MMoneter Kontraktif:  tetap, tingkat bunga naik.
1.     MMoneter Ekspansif:  turun, tingkat bunga turun.
2.     MMoneter Kontraktif:  tetap, tingkat bunga naik

Dari diagram 6 dan tabel 1 dapat ditari kesimpulan sebagai berikut:
1.    Kebijakan moneter adalah efektif sempurna bila kurva IS datar.
2.    Kebijakan moneter adalah tidak efektif sempurna bila kurva LM datar.

2.5 Fungsi Kebijakan Moneter

Seperti telah disebutkan di atas bahwa keberhasilan dari kebijakan moneter di antaranya dapat menciptakan peningkatan kesempatan kerja dan semakin meningkatnya iklim usaha yang bergairah. Dengan demikian apabila kita rinci lebih lanjut maka tujuan kebijakan moneter adalah sebagai berikut:
a.    Menjaga Stabilitas Ekonomi       
Stabilitas ekonomi akan tercapai apabila tercipta keadaan ekonomi yang stabil, untuk mewujudkan hal ini maka harus terwujud arus perputaran barang dan arus perputaran uang yang berjalan secara seimbang dan terkendali. Dengan demikian perlu adanya pengatyuran jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan oleh bank sentral.
b.   Menjaga Kestabilan Harga       
Jumlah uang yang beredar di masyarakat sangat mempengaruhi tingkat harga-harga yang berlaku. Dengan adanya pengaturan jumlah uang yang beredar oleh bank sentral, maka tingkat harga dari waktu ke waktu relatif akan terkendali. Jika keadaan harga stabil, masyarakat akan percaya bahwa membeli barang sekarang akan sama dengan membeli barang pada masa yang akan datang.
c.    Meningkatkan Kesempatan Kerja
Stabilitas ekonomi yang baik akan mendorong peningkatan jumlah investor untuk mengembangkan investasi-investasi baru, yang akan membuka lapangan kerja baru sehingga terjadi peningkatan kesempatan kerja. Stabilitas ekonomi tercapai apabila pengaturan jumlah uang yang beredar dapat dikendalikan dengan baik oleh bank sentral.

d.   Memperbaiki Nereca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Melalui kebijakan moneter, pemerintah dapat memperbaiki neraca perdagangan luar negeri menjadi surplus (ekspor lebih besar daripada impor) atau minimal berimbang. Bentuk kebijakan moneter pada permasalahan ini seperti pemerintah melakukan devaluasi (menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing). Dengan adanya devaluasi, diharapkan nilai ekspor kita meningkat dan berpengaruh pada neraca perdagangan dan neraca pembayaran ke arah yang lebih baik.
2.6 Peran Kebijakan Moneter Mengendalikan Inflasi
          Mengingat tugas spesifik yang diemban oleh Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak sepenuhnya dapat mengendalikan inflasi, terutama tekanan inflasi yang berasal dari sisi penawaran (cost push inflation). Bank Indonesia, melalui kebijakan moneter, dapat mempengaruhi inflasi dari sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat. Misalnya, kebijakan kenaikan suku bunga dapat menge-'rem' pengeluaran masyarakat dan pemerintah sehingga dapat menurunkan permintaan secara keseluruhan yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi. Selain itu, kenaikan suku bunga ini dapat menguatkan nilai tukar melalui peningkatan (positive) interest rate differential. Demikian juga, Bank Indonesia dapat mempengaruhi ekspektasi masyarakat melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel. Harapannya adalah sasaran (target) inflasi Bank Indonesia diacu oleh masyarakat dan pelaku ekonomi sehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau mendekati sasaran inflasi. Apabila kondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian moneter dapat diminimalkan.
Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur (channel), yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur neraca perusahaan, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakan moneter akan ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riil setelah beberapa waktu lamanya (lag of monetery policy). Selain kebijakan moneter yang bersifat "langsung" seperti di atas, bank sentral juga dapat mempengaruhi tujuan akhirnya secara "tidak langsung", yaitu melalui berbagai regulasi dan himbauan (moral suassion) kepada sektor perbankan guna mempercepat mekanisme transmisi kebijakan moneter.
          Dalam melaksanakan pengendalian moneter Bank Indonesia diberikan kewenangan dalam menggunakan instrumen moneter berupa tetapi tidak terbatas pada (i) Operasi Pasar Terbuka (open market operation), (ii) penetapan tingkat diskonto (discount rate), (iii) penetapan Giro Wajib Minimum (minimum reserve requirement), dan (iv) pengaturan kredit atau pembiayaan.
2.7    Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan dirasakan oleh sektor perbankan, yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Jadi kebijakan moneter dapat disimpulkan., upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Tujuan Kebijakan Moneter
1.    Menjaga kestabilan Ekonomi
Artinya pertumbuhan arus barang dan jasa seimbang dengan pertumbuhan arus barang dan jasa yang tersedia.
2.    Menjaga kestabilan Harga
Harga suatu barang merupakan hasil interaksi antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah uang yang tersedia di pasar.
3.    Meningkatkan kesempatan kerja
Pada saat perekonomian stabil pengusaha akan mengadakan investasi untuk menambah jumlah barang dan jasa sehingga adanya investasi akan membuka lapangan kerja baru sehingga memperluas kesempatan kerja masyarakat.

4.    Memperbaiki neraca Perdagangan Kerja Masyarakat
Dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
Kebijakan moneter berfungsi untuk memacu pembangunan, yaitu melalui:
1)   Mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit
2)   Pengendalian inflasi
3)   Mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran
Dengan jalan meningkatkan ekspor dan mengurangi impor dari luar negeri yang masuk ke dalam negeri atau sebaliknya.
Masalah dalam kebijakan moneter:
1)   Ketidak pastian dan jarak waktu.
2)   Pemerintah bisa saja memaksakan berkurangnya uang beredar tetapi tidak bisa dengan mudah menaikkan jumlah uang beredar.
3)   Pergeseran kurva MEC dapat membuat kebijakan moneter tidak efektif.
4)   Kebijakan moneter bisa merupakan bagian dari kebijakan fiscal, karena tindakan fiscal bisa membawa efek moneter.
5)   Kebijakan moneter dapat dilaksanakan lebih cepat daripada kebijakan fiscal, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk berpengaruh terasa relative lebih lama.












BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro ke kondisi yang diinginkan (yang lebih baik) dengan mengatur jumlah uang yang beredar. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan. Dengan kebijakan moneter ini, pemerintah dapat mempertahankan, menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam uapaya mempertahankan kemampuan pertumbuhan ekonomi sekaligus mengendalikan inflasi.
Fungsi Kebijakan Moneter:
a.       Menjaga stabilitas ekonomi.
b.      Menjaga kestabilan harga.
c.       Meningkatkan kesempatan kerja.
d.      Memperbaiki neraca dan neraca pembayaran.
Jadi kebijakan moneter dapat disimpulkan., upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga. Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.




DAFTAR PUSTAKA
Manurung, Mandala dan Prathama Rhardja .(2008) .Pengantar Ilmu Ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi U I: Jakarta.
http//google-kebijakan moneter.com


1 opmerking:

  1. sangat menyayangkan sekali gambar dan rumus-rumusnya tidak tampil, padahal tulisannya sudah bagus dan bermanfaat.

    AntwoordVee uit